BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Filsafat sebagai
bagian dari kebudayaan manusia yang amat menakjubkan. Lahir di Yunani dan
dikembangkan sejak awal abad ke-6 SM[1]. Sejarah fase pengembangan Ilmu pengetahuan
yang menonjol dalam sejarah tepatnya pada masa pemerintahan Bani Abbas. yang
tertarik pada ilmu kedokteran Yunani dengan cara pengobatannya. Kemudian
tertarik pada ilmu pengetahuan lain dan Filsafat. Perhatian pada ilmu Filsafat
meningkat di zaman khalifah al-Makmun (813-833), putra Harun Al-Rasyid[2]. Tak berapa lama setelah naik tahta, Harun ar-Rasyid mendirikan Bait
al-Hikmah. Bait al-Hikmah ini merupakan lembaga yang berfungsi sebagai pusat
pendidikan tinggi. Dalam kurun dua abad, Bait al-Hikmah ternyata berhasil
melahirkan banyak pemikir dan intelektual Islam. Fase pemerintahan inilah sangat mendukung pengembangan ilmu pengetahuan
baik secara politik maupun sosial dengan bersentuhannya pemikiran Yunani[3]. Di
masa - masa keemasannya, dunia Islam telah melahirkan berbagai tokoh
cendikiawan yang piawai dalam berbagai bidang ilmu; salah satunya adalah
matematika, mereka adalah:
1.
Al-Khawarizmi, Abu
Abdullah Muhammad Ibn Musa (800-847)
2.
Ibn al-Haytham, Abu
Ali al-Hasan Ibn al-Hasan (965 - 1039)
3.
Al-Biruni, Abu
Rayhan Muhamad Ibn Ahmad (973 - 1 050)
4.
Al-Khayyami,
Ghiyath al-Din Abu'l Path Umar Ibn Ibrahim (juga dikenal sebagai Omar 206
Khayyami) (1048 -1131) Book Review (Muchammad Abrori)
Di antara nama-nama besar ilmuwan muslim dibidang matematika tersebut adalah Al-Khawarizmi. Nama lengkapnya adalah Abu Ja’far Muhammad Ibn Musa al-Khawarizmi.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana Pemikiran
Al-Khawarizmi terhadap ilmu perngetahuan?
2.
Apa saja hasil
karya Al-Khawarizmi?
BAB II
LATAR BELAKANG
2.1
Latar Belakang Keluarga Al – Khawarizmi
Nama Asli dari Al-Khawarizmi ialah Abu Ja’far Muhammad Ibn Musa Al-Khawarizmi. Selain itu beliau dikenali sebagai Abu
Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Yusoff. Al-Khawarizmi dikenal di Barat sebagai
al-Khawarizmi, al-Cowarizmi, al-Ahawizmi, al-Karismi, al-Goritmi, al-Gorismi
dan beberapa cara ejaan lagi. Lahir sekitar tahun 780 M di Khwārizm (sekarang
Khiva, Uzbekistan) dan Philip K Hitti
memperkirakan Al-Khawarizmi wafat pada tahun 850 M[5]. Dia hidup
di masa kekhalifahan Bani Abbasiyah, yakni Al-Makmun, yang
memerintah pada 813-833 M.[6]
Kedua orangtuanya yang berasal dari Khawarizm,
kemudian membawanya pindah ke sebuah tempat di Selatan Kota Baghdad (Irak), ketika
beliau masih kecil. Di
Kota Baghdad inilah Al-Khawarizmi dibesarkan dan memperoleh pengetahuan serta
pengalamannya menjadi berkembang,
sehingga kemudian menjadikan namanya populer dan dikenal sebagai ilmuwan Muslim
terkemuka. George Sarton
mengatakan bahwa Al-Khawarizmi merupakan "salah seorang ilmuwan Muslim
terbesar dan terbaik pada masanya"[7].
Dalam Kitāb al-Fihrist Ibnu
al-Nadim, ditemukan sejarah singkat beliau, bersama dengan karya-karya
tulis beliau. Al-Khawarizmi menekuni hampir seluruh pekerjaannya antara
813-833. Setelah Islam masuk ke Persia, Baghdad menjadi pusat ilmu dan
perdagangan, dan banyak pedagang dan ilmuwan dari Cina dan India berkelana ke
kota ini, yang juga dilakukannya. Dia bekerja di Baghdad pada Sekolah
Kehormatan yang didirikan oleh Khalifah Bani Abbasiyah Al-Ma'mun, tempat dia
belajar ilmu alam dan matematika, termasuk mempelajari terjemahan manuskrip
Sansekerta dan Yunani.
2.2
Latar Belakang Pendidikan Al – Khawarizmi
Sedikit yang dapat diketahui dari
hidupnya, beliau telah menciptakan pemakaian Sinus dan Tangen
dalam penyelidikan trigonometri dan astronomi. Dalam usia muda, dia telah
bekerja di bawah pemerintahan Khalifah al-Ma’mun, bekerja di Bayt al-Hikmah di
Baghdad. Dia bekerja dalam sebuah observatory yaitu tempat belajar matematika
dan astronomi. Al-Khawarizmi juga dipercaya untuk memimpin perpustakaan
khalifah. Beliau pernah memperkenalkan angka-angka India dan cara-cara
perhitungan India pada dunia Islam. Beliau juga merupakan seorang penulis
Ensiklopedia dalam berbagai disiplin. Al-Khawarizmi adalah seorang tokoh yang
pertama kali memperkenalkan aljabar dan hisab. Banyak lagi ilmu pengetahuan
yang beliau pelajari dalam bidang matematika dan menghasilkan konsep-konsep
matematika yang begitu populer yang masih digunakan sampai sekarang.
BAB III
PEMIKIRAN
3.1 Pemikiran
Al-Khawarizmi
Sejarah mencatat, Al-Khawarizmi telah menyumbangkan
sejumlah
pemikiran pentingnya (terutama dalam bidang ilmu matematika) yang sangat
besar. Pengaruh Al-Khawarizmi dalam perkembangan matematika, astronomi,
dan geografi tidak diragukan lagi. Pendekatan yang dipakainya menggunakan
pendekatan sistematis dan logis. Ia memadukan pengetahuan dari Yunani dengan India ditambah idenya sendiri dalam mengembangkan matematika.
Merupakan cabang aritmatika : orang pertama yang menulis
disiplin ilmu ini adalah al-Khawarizmi, dan sesudahnya, Abu Kamil Syuja bin
Aslam. Buku yang terbaik adalah kitab karya al-Quraisyi.[8]
Al-Khawarizmi
dikenal sebagai orang yang memperkenalkan konsep Algoritma dan Aljabar dalam
matematika. Matematika adalah ilmu
yang diperoleh melalui tangga musik dan rasional. Konsep matematika yang
dikembangkan adalah sebagai berikut (1) logika tentang bukti, (2) ide-ide
empiris tentang hukum eksakta dan hukum alam (3) konsep operasi (4) matematika
bergerak dari deskripsi yang bersifat statis kepada deskripsi
yang bersifat dinamis.[9]
Nama Aljabar sendiri diambil dari bukunya yang amat
terkenal,
yakni
Al-Jabr
wa-al-Muqabilah. Dia mengembangkan tabel
rincian trigonometri
yang memuat fungsi sinus,
cosinus, tangen, dan kotangen serta
konsep diferensiasi.
Dalam cabang Aljabar ini, sebenarnya dia banyak mengacu pada tulisan yang
disusun oleh ilmuwan
asal
Yunani,
Diophantus
(250
SM).[10] Namun
demikian, dalam meneliti buku-buku Aljabar tersebut,
dia
menemukan beberapa kesalahan
dan permasalahan yang
masih kabur.
Kesalahan dan permasalahan inilah yang kemudian diperbaiki, dijelaskan,
dan
dikembangkan oleh AI-Khawarizmi kemudian dalam karya-karyanya
tentang Aljabar.
Karena itulah, tidak mengherankan bila ia juga dijuluki sebagai "Bapak Aljabar".
Meskipun al-Khawarizmi dilujuki sebagai bapak
aljabar, beliau bukanlah satu-satunya orang yang mengembangkan aljabar. Menurut
sejarah, konsep aljabar telah ada sebelum al-Khawarizmi, yakni oleh Diophantus
dari Yunani. Akan tetapi, saat itu belum dinamai aljabar dan masih banyak
kesalahan serta belum dikembangkan, hanya sebatas konsep berpikir saja.
Selanjutnya, al-Khawarizmi mengembangkan konsep berpikir tersebut dan
menyajikan dalam bentuk baru dengan teorema-teorema yang lebih kompleks.
Menurut pengakuan
Gandz, matematikawan Barat dalam bukunya The Source of Al-Khawarizmi's Algebra, AI Khawarizmi
lebih berhak menyandang
gelar
sebagai "Bapak Aljabar"
daripada Diophantus. Dialah orang pertamaa yang mengajarkan Aljabar dalam bentuk elementer serta menerapkannya dalam hal-hal yang
berkaitan dengannya. Tak hanya itu,
di bidang ilmu ukur, Al-Khawarizmi
juga
dikenal sebagai peletak rumus ilmu
ukur dan penyusun
daftar logaritma serta hitungan desimal. AI-Khawarizmi-lah yang mengadopsi
penggunaan
angka nol,
dalam
ilmu aritmetik dan sistem desimal."
Sayangnya, beberapa sarjana Barat seperti John Napier (1550- I620 M)
dan Simon Stevin (1548-1620 M) mengklaim bahwa penemuan tersebut
merupakan hasil
pemikiran mereka.
Al-Khawarizmi pula yang telah menggagas dan mempopulerkan penggunaan angka 0, walaupun
bukti sejarah
mengemukakan angka 0 sendiri sudah dipergunakan pula di India sejak
tabun 400 masehi. Kode angka Aryabhata
telah menerangkan secara lengkap mengenai simbol angka 0. Juga pada masa pemerintaban Bhaskara I (abad 7 masehi) dasar sistem 10 angka sudah dipergunakan secara luas di negara tersebut serta pengenalan konsep angka 0. Begitu pula di Babylonia sudah mengenal sistem angka yang memakai 0 digit. Sistem angka tersebut sampai ke Timur Tengah pada tahun 670, dan disempurnakan Al-Khawarizmi dengan menambahkan meningkatkan angka desimal berikut pecahan."
Meski ia bukan penemu angka 0 (nol), namun
Al-Khawarizmi orang pertama di dunia yang memperkenalkan angka nol sebagai
suatu bilangan dalam ranah ilmu pengetahuan. ‘Kosong’, atau 0, bukan sebarang
angka, penemuannya merevolusikan pemikiran matematik dan sains moden. Angka nol
ini sudah digunakan di dunia Arab-Islam pada kurun kesembilan. Angka 0 baru
diperkenalkan di Eropah pada awal abad ke-13, dibawa oleh pemikir Itali,
Fibonacci, dalam tahun 1202 melalui karya popularnya Liber Abaci. Sifar adalah
kata arab untuk angka 0. Perkataan sifar ini juga membentuk perkataan cipher
dalam bahasa Inggeris yang membawa masud “tiada apa-apa”, “simbol”, “kod” atau
“mesej rahsia”. Sebelum dipopularkan al-Khwarizmi, Ifrah menyebut, beberapa
nombor kosong di tulisan-tulisan pada batu ditemui antaranya prasasti tembaga
Sankheda di India pada 594, Trapaeng Prei di Kemboja (683), Kedukan Bukit,
Sumatera (683), Kota Kapor, Sumatera (686), Dinaya, Jawa (793), Po Nagar,
Vietnam (813) dan Bakul, Vietnam (829).
Banyak
ilmuwan
Barat yang
menyatakan
kekaguman
dan
pujiannya terhadap Al-Khawarizmi. Pujian itu antara lain ditulis Phillip K Hitti, penyusun The History of The
Arabs yang menyebut Khawarizmi
sebagai tokoh utama dan paling penting dalam
sejarah awal matematika. Philip K Hitti juga menyatakan, karya Al-Khawarizmi Hisab Al-Jabr wal
Muqabilah yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12
oleh Gerard dari Cremona
menjadi buku penting dan referensi utama
pelajaran matematika diberbagai perguruan tinggi di Eropa. Lebih dari itu karya-karya Al-Khawarizmi juga berjasa dalam memperkenalkan angkaangka Arab atau Algorisme ke dunia Barat.
Berbagai pemikiran Al-Khawarizmi
tentang
matematika memberikan
pengaruh yang luar biasa terhadap pemikiran ilmuwan
sesudahnya,
terutama ilmuwan Barat dan Eropa.
Sejarah mencatat, karya yang dibuat tahun 1202 M, Liber Abaci merupakan
salah satu yang paling fenomenal dan berpengaruh
dalam kajian ilmu
aritmatika.
Di sini, Fibonacci memperkenalkan kepada Eropa metode
penghitungan
angka
Arab yang dia pelajari di Bejaja (Bougie), Afrika
Utara. Walau
sesungguhnya Liber Abaci bukanlah
buku Barat pertama yang mengungkap tentang ilmu hitung Arab. Penting untuk dicatat, dari
zaman
dahulu hingga awal masa modem, sistem angka Arab hanya
digunakan oleh para ahli matematika. Ilmuwan Muslim menggunakan
sistem angka Babylonia, serta kalangan pedagang memakai sistem angka
Yunani dan juga
Yahudi. Namun, setelah kemunculan buku Fibonacci,
sistem angka
dan penghitungan Arab pun dipakai
secara luas.
Padahal,
Fibonacci hanya meneruskan pemikiran dan teori yang telah disusun oleh
Al-Khawarizmi. Sistem notasi desimal yang dikembangkan
Al-Khawarizmi inilah yang digunakan oleh Fibonacci untuk menyusun karya monumentalnya itu.
Di negara Jepang, angka Arab dan angka Romawi keduanya dipakai pada sistem yang bernama romaji. Sistem angka Arab diakui sebagai salah satu paling berpengaruh pada bidang Oleh karena itu, berbagai karya tulis Al-Khawarizmi dibidang matematika, baik yang berbahasa Arab maupun yang diterjemahkan diacu sebagai buku teks di Eropa dan di Barat dari dulu hingga sekarang. Secara khusus, disamping memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap perkembangan ilmu pengetahuan (terutama matematika, astronomi, dan geografi), pemikiran Al-Khawarizmi juga memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan dunia seni, misalnya seni musik dan seni lukis. Bahkan dikatakan bahwa pemikiran AI-Khawarizmi telah memberikan gagasan yang brilian terhadap lukisan Monalisa.[11]
Leonardo tak saja terkenal sebagai salah satu pelukis terbesar dunia, namun ia juga adalah seorang pematung, arsitek, filsuf
ilrnuwan dan ahli tehnik. Leonardo selalu berupaya untuk menciptakan sesuatu piranti, kemudian mencoba menggambarkan tentang bagaimana benda sesungguhnya yang hendak dibuatnya. Ia pun kemudian memberikan penjelasan tentang bagaimana cara bekerja piranti yang digagasnya. Leonardo da Vinci juga dikenal mempelajari dengan seksama
ilmu anatomi (susunan tubuh manusia), sehingga dia bisa menggambar serta melukiskan manusia sebagaimana "aslinya". Semua kemampuannya itu paling tidak didapatnya setelah ia rnempelajari secara seksama berbagai teori keseimbangan matematika yang telah dirumuskan oleh AlKhawarizmi, yang dalam bahasa matematika dikenal dengan istilah "phi" atau "rasio emas", yang kemudian dipopulerkan di Barat oleh Fibonacci, yakni 1,1,2,3,5,8.... Sehingga dengan angka rasio emas tersebut maka para ilmuwan dapat mengukur dan menentukan suatu bangunan secara tepat dan seimbang. Begitu pula ketika seorang seniman menjadikan gambar manusia sebagai objek lukisannya, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Leonardo da Vinci. Dalam bukunya Math and the Mona Lisa, Bulent Atalay menegaskan bahwa phi atau rasio emas adalah suatu nomor yang sering digunakan di dalam dunia seni serta jagad raya ketika seniman atau ilmuwan
menghasilkan sebuah karya yang luar biasa.
Al-Khawarizmi
memberikan pengertian prinsip-prinsip bilangan dan memberikan solusi
untuk menyelesaikan suatu operasi. Dalam penerapannya, beliau memberikan 6 (enam) aksioma, yaitu:
a.
Akar sama dengan bilangan (bx =
c).
b.
Mal sama dengan akar (ax2 = bx).
c.
Mal sama dengan bilangan (ax2 =
c).
d.
Bilangan dan mal sama dengan akar
(c + ax2 = bx).
e.
Bilangan sama dengan akar
ditambah mal (c = bx + ax2).
f.
Mal dama dengan bilangan ditambah
akar (ax2 = c + bx).
Poin pertama
dalam persamaan dasar adalah membuat kelengkapan identifikasi terhadap kasus
sederhana pada tingkat pertama. Keenam persamaan tersebut menunjukkan bahwa
Al-Khwarizmi tidak mengenal keberadaan bialangan negatif atau bilangan nol
sebagai suatu koefisien. Jika diamati dari karyanya, dia tidak mencantumkan penandaan
simbol tetapi menjabarkan segalanya, termasuk bilangan-bilangan dalam bentuk
perkataan. Al-Khwarizmi mengenalkan bahwa terdapat dua hasil dari akar quadrat,
tetapi ia hanya menuliskan nilai positif, yang mungkin dapat menjadi hasil
irasional.
Al-Khwarizmi
membuat aturan (aljabar dan al-muqabalah) untuk menyelesaikan masing-masing
dari keenam persamaan dan memberi penjelasan lengkap untuk memperkecil
persoalan terhadap masing-masing bentuk persamaan. Dalam bahasa matematika,
istilah aljabar (pemulihan) lebih cenderung mengacu kepada pengertian suatu
nilai positif, seperti contoh di dalam aljabar:
x2 = 40x – 4x2 dapat diubah menjadi bentuk aljabar 5x2 = 40x
Contoh lain dari buku Al-Khwarizmi adalah: 50 + x2 = 29 + 10x
Dengan proses al-muqabalah, direduksi menjadi 21 + x2 = 10x.
Kedua operasi
tersebut digabungkan dengan operasi aritmatika seperti perkalian, penambahan,
pengurangan, dan pembagian dari bilangan nominal dan binominal sebagaimana
konsep dasar dari perhitungan konsep quadrat yaitu dapat menyelesaikan berbagai
masalah yang ada dalam karya Algebra Al-Khwarizmi. Selanjutnya dari buku
tersebut Al-Khwarizmi memberi contoh penyelesaian bentuk ketiga yang digabung
dengan persamaan quadrat, serta jenis persamaan yang berbeda dengan bantuan
angka-angka memakai ide keseimbangan permukaa
BAB IV
HASIL KARYA
Ada enam karya tulis AI Khawarizmi yang diakui dan memberikan pengaruh yang luas terhadap
perkembangan peradaban
dan ilmu pengetahuan dunia, yakni:
1.
Menulis Surotul Ardhi
(Peta Dunia) yang dijadikan model oleh ahli geografi Barat untuk menggambar peta dunia.
2.
Membuat tabel perhitungan astronomi untuk mengukur jarak
dan kedalaman bumi. Tabel ini menjadi dasar penelitian astronomi
3.
Menulis buku Al-Jabr wal Muqabilah yang berisi tentang
persamaan linear dan kuadrat
4.
Orang pertama yang menjelaskan dan mempopulerkan kembali penggunaan angka nol dan
mengenalkan sistem notasi desimal serta
tanda pengkalian dua sebagaimana yang dipakai sekarang.
5.
Memperkenalkan tanda negative
6.
Menulis buku Sundials (alat penunjuk waktu dengan bayangan sinar matahari)
7.
Banyak lagi karya-karya Al-Khawarizmi yang disalin oleh ilmuwan Barat seperti Copernicus. Bahkan ada yang tidak hanya menyalin tapi mengaku sebagai penemunya misalnya John napis dan Simon Stevin. Mereka mengaku sebagai penemu
rumus mengenai segitiga, daftar logaritma dan hitungan persepuluh yang sebenarnya telah disusun dan ditulis oleh Al-Khawarizmi dalam bukunya."
Beberapa bukunya tersebut telah diterjernahkan kedalam bahasa Latin pada awal abad ke-12, oleh dua orang penerjemah terkernuka yaitu Adelard Bath dan Gerard Cremona. Risalah-risalah aritmatikanya, seperti Kitab al-Jam'a wal-Tafreeq bil Hisab al-Hindi, Algebra, Al-Maqala Hisab-al Jabr wa-al-Muqabilah, hanya dikenal dari translasi berbahasa latin. Buku-buku itu terus dipakai hingga abad ke-16 sebagai buku pegangan dasar oleh universitas-universitas di Eropa. Buku geografinya berjudul Kitab Surat-al-Ard yang memuat peta-peta dunia pun telah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris."[12]
Ini adalah
contoh-contoh sebagian yang telah
dia hasilkan dalam penulisan karyanya dan telah menjadi
popular serta dipelajari oleh semua masyarakat yang hidup di dunia ini.
Hasil karya tersebut terkenal pada zaman tamadun Islam dan dikenali di Barat. Hasil karya yang telah
beliau hasilkan ialah:
1. Sistem
Nobor: Telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Latin yaitu De Numero Indorum.
2. ‘Mufatih
al-Ulum’: yang dumaksud beliau adalah pencinta
ilmu dalam pelbagai bidang.
3. Al-Jami
wa al-Tafsir bi Hisab al-Hind: Karya ini telah
diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin oleh Prince Boniopagri.
4. Al-Mukhtasar
Fi Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah: Pada tahun
820M mengenai algebra.
5. Al-Amal
bi’ Usturlab’
6. Al-Tarikh
7. Al-Maqala
Fi Hisab al-Jabr wa al-Muqabilah.
BAB V
PENUTUP
5.
Kesimpulan
Al-Khawarizmi adalah seorang tokoh matematika besar yang pernah dilahirkan
Islam dan
berkontribusi pada peradaban dunia. Meski namanya lebih dikenal sebagai seorang ahli dalam bidang matematika, tetapi beliau juga ahli dalam bidang yang lain, yaitu, ahli astronomi dan ahli geografi dan segala seluk-beluk tentang tanah dan bumi. Selain terkenal dengan teori Algoritmanya
beliau juga dicatat sebagai seorang yang membangun teori-teori matematika lain, diantaranya Aljabar. Salah satu kelebihan dari Al-Khawarizmi
adalah, dia tidak hanya mengenali satu hal sebagai subyek saja, tetapi beliau juga mampu menyelesaikan masalah yang ada
dalam subyek tersebut serta pendekatannya yang
bersifat sistematis
dan logis. Karena itu, pengaruhnya terhadap
perkembangan matematika, astronomi dan geografi tidak diragukan lagi dalam catatan sejarah. Telah dibuktikan bahwa
al-Khawarizmi adalah seorang
tokoh Islam yang berpengetahuan luas. Pengetahuan dan keahliannya bukan hanya dalam bidang syariat tapi
di dalam bidang falsafah,
logika, aritmatika, geometri, musik, ilmu hitung, sejarah Islam dan kimia.
Hal yang menarik dalam Islam, cendekiawan atau
ilrnuwan yang dilahirkan tidak hanya seorang tokoh yang ahli dan dikenal dalam satu bidang. Ada kesimpulan yang bisa ditarik dari sini, bahwa Islam adalah sebuah tatanan menyeluruh yang tak terpisahkan. Belajar matematika tak lepas pula belajar astronomi. Belajar astronomi tak ketinggalan pula belajar tentang keindahan alam dan itu tak terlepas pula dari pelajaran tauhid. Bahwa kedahsyatan alam ini tercipta karena kebesaran Allah pada manusia dan semesta. Inilah hal yang menajdi
semangat untuk belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam Islam. Banyak
fakta lain yang sebenarnya dapat menjadi bukti eksistensi matematikawan Muslim
terutama al-Khawarizmi dalam ilmu matematika. Namun sekali lagi, kekuasaan
orang-orang barat menenggelamkan eksistensi tersebut. Meskipun demikian,
sebagian ilmuwan Muslim tetap berusaha bersikeras untuk mempertahankan fakta
eksistensi matematikawan Muslim.
[2] Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari
Berbagai Aspeknya, Jilid II, (Jakarta: UI Press, 1985), hlm. 52
[3] Charus Michael Staunoh, Higler Learning In Islam, (Jakarta
: Logos, 1994). Lihat pula Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam,
(Jakarta; Hidakarya Agung, 1996)
[5] Philip K Hitty, the Arabs a Short History, (Bandung: N.V. Penerbitan W. Van Hoeve,
1953), hlm. 122
[8] Ibn Khaldun, Penerjemah Ahmadie Thoha. Al-Muqaddimah, ( Jakarta: Pustaka Firdaus,
2000), hlm. 156.
[10] Juhriyansyah Dalle, Matematika
Islam (Kajian Terhadap Pemikiran Al-Khawarizmi), (Padang: Fakultas-Tarbiyah
IAIN Imam Bonjol, 2006), hlm. 38
Komentar
Posting Komentar