Jadi bagaimana mengobati luka batin, luka jiwa, luka mental?
Bagaimana saat ini kamu bertanya-tanya bahwa tak pernah menyangka akan berada di titik luka yang membingungkan. Luka yang tak berdarah namun sulit dimengerti. Luka tak terlihat namun sulit diterima.
Saat mencoba mengobati dengan kemasabodoan tetap saja otak sisi pojok menyeret untuk terjebak, terus berfikir, cemas, takut, tapi ini bukan untuk dimasabodoin, mental, batin dan jiwamu sedang tak baik-baik, fisikmu juga bisa jadi ikut menjadi tidak baik-baik.
Lalu bagaimana?
Fase ini, dimana kita bingung, kita tidak tau bagaimana berproses, rasa berat menjalani, rasa tidak terima, tapi apa yang bisa diperbuat?
Tuhan tidak menyediakan solusi instan, bukan saat lapar kita bisa beli popmie, bukan saat haus kita bisa menelan ludah, bukan saat haus dan lapar kita bisa menyeduh energen.
Bingung menjemput cara penyembuhan yang Tuhan tawarkan, karna Tuhan kadang bisa sebercanda ini dan seserius itu.
Malaikat Rakib Atid yang katanya tak pernah unfollow kita, yang selalu ikut dipundak kita, merekapun mungkin bingung. Tugas mereka sudah berat, tak usah kau tambah dengan pikiran negatifmu.
Malaikat Jibril yang dipercaya menyampaikan wahyu, wahyu untukku sudah sampai mana? Aku belum dapat resinya sampai sekarang, dan tidak ada aplikasi untuk tracking wahyu.
Hidup ya begini, memang, mungkin, bisa jadi ya begitu, yang kita jalani dan yang tidak sengaja kita jalani ternyata apa yang Tuhan cicil untuk syarat penyembuhan, dicaci dimaki, terkadang ya bahagia sedikit, lucu-lucu, tawa-tawa, haha hihi, ya bingung itupun bisa jadi faktor-faktor dari cara penyembuhan luka batin, luka mental, luka jiwa. Ya liku liku luka.
Jadi kalau ditanya, bagaimana menyembuhkan luka-luka yang tak terlihat dan berdarah itu, ya dengan menjalani liku-liku kehidupan itu sendiri. Kalau sekelas psikolog mungkin memberikan teori, psikiater ya mesti kalian dapet obat. Tapi keduanya punya jiwa yang mengerti dalam konteks pekerjaan mereka, pendampingan mereka mungkin bisa membantu kita, ya bukan mungkin lagi sih, tapi memang sudah seharusnya begitu.
Jangan menyerah kawan, kita sama, akupun begitu, butuh kalian jiwa-jiwa yang menikmati dan bosan dengan proses yang entah sampai kapan harus dijalani.
Terima kasih telah hadir di bulan Maret ini, walau dengan pilu yang terus menderu. Aku tak memintamu untuk percaya, tapi kebahagiaan yang tipis itu sebenarnya selalu menyelinap di setiap hal yang kamu lewati setiap harinya.
Selamat beristirahat jiwa yang masih akan terus berproses...
Bagaimana saat ini kamu bertanya-tanya bahwa tak pernah menyangka akan berada di titik luka yang membingungkan. Luka yang tak berdarah namun sulit dimengerti. Luka tak terlihat namun sulit diterima.
Saat mencoba mengobati dengan kemasabodoan tetap saja otak sisi pojok menyeret untuk terjebak, terus berfikir, cemas, takut, tapi ini bukan untuk dimasabodoin, mental, batin dan jiwamu sedang tak baik-baik, fisikmu juga bisa jadi ikut menjadi tidak baik-baik.
Lalu bagaimana?
Fase ini, dimana kita bingung, kita tidak tau bagaimana berproses, rasa berat menjalani, rasa tidak terima, tapi apa yang bisa diperbuat?
Tuhan tidak menyediakan solusi instan, bukan saat lapar kita bisa beli popmie, bukan saat haus kita bisa menelan ludah, bukan saat haus dan lapar kita bisa menyeduh energen.
Bingung menjemput cara penyembuhan yang Tuhan tawarkan, karna Tuhan kadang bisa sebercanda ini dan seserius itu.
Malaikat Rakib Atid yang katanya tak pernah unfollow kita, yang selalu ikut dipundak kita, merekapun mungkin bingung. Tugas mereka sudah berat, tak usah kau tambah dengan pikiran negatifmu.
Malaikat Jibril yang dipercaya menyampaikan wahyu, wahyu untukku sudah sampai mana? Aku belum dapat resinya sampai sekarang, dan tidak ada aplikasi untuk tracking wahyu.
Hidup ya begini, memang, mungkin, bisa jadi ya begitu, yang kita jalani dan yang tidak sengaja kita jalani ternyata apa yang Tuhan cicil untuk syarat penyembuhan, dicaci dimaki, terkadang ya bahagia sedikit, lucu-lucu, tawa-tawa, haha hihi, ya bingung itupun bisa jadi faktor-faktor dari cara penyembuhan luka batin, luka mental, luka jiwa. Ya liku liku luka.
Jadi kalau ditanya, bagaimana menyembuhkan luka-luka yang tak terlihat dan berdarah itu, ya dengan menjalani liku-liku kehidupan itu sendiri. Kalau sekelas psikolog mungkin memberikan teori, psikiater ya mesti kalian dapet obat. Tapi keduanya punya jiwa yang mengerti dalam konteks pekerjaan mereka, pendampingan mereka mungkin bisa membantu kita, ya bukan mungkin lagi sih, tapi memang sudah seharusnya begitu.
Jangan menyerah kawan, kita sama, akupun begitu, butuh kalian jiwa-jiwa yang menikmati dan bosan dengan proses yang entah sampai kapan harus dijalani.
Terima kasih telah hadir di bulan Maret ini, walau dengan pilu yang terus menderu. Aku tak memintamu untuk percaya, tapi kebahagiaan yang tipis itu sebenarnya selalu menyelinap di setiap hal yang kamu lewati setiap harinya.
Selamat beristirahat jiwa yang masih akan terus berproses...
Komentar
Posting Komentar