Apakah setiap orang punya masalah seberat masalah yang aku punya?
Jawabannya bisa ya bisa tidak, kenapa?
Setiap orang punya penerimaan yang berbeda-beda atas masalah yang mereka hadapi. Pasti ada saja orang yang hanya karena kehilang uang 5000, tetapi bisa terfikirkan sepanjang hari. Karena ternyata ada toko lain yang menjual barang yang dibelinya lebih murah 5000. Baginya mungkin menjengkelkan, bagimu biasa saja malah sepele.
Ada orang yang menghadapi masalah asmara, rumah tangga yang begitu kompleks, tetapi tetap bisa menghadapi dengan olah rasa yang benar, sehingga tidak perlu mengganggu hari-harinya, dan bukanlah menjadi masalah besar. Kok bisa?
Entah sebenarnya apa yang menjadikan hati seseorang bisa sekuat baja menghadapi sebuah masalah yang menurut orang lain berat tetapi menurut orang yang mengalami malah, ah biasa. Oh karena terlalu biasa, sering terjadi.
Sebuah keseringan bermasalah, masalah yang sama ditambah masalah baru, masalah lain. Menjadikan diri semakin kuat, seharusnya sih begitu. Semakin tidak mempermasalahkan. Masalah yang tidak menjadi masalah lagi. Tidak perlu mempermasalahkan masalah itu lagi. Untuk apa? Toh sudah biasa. Mungkin begitu kawan.
Kembali lagi, kalau kamu berfikir masalahmu paling berat. Mungkin bukan itu kalimat yang pantas, tetapi aku cukup kuat menghadapai ini, itulah sebabnya Tuhan memberikan ini. Seklasik inikah?
Pertanyaan lain muncul, Tuhan tidak sayang denganku? aku tidak diberikan solusi, tapi masalah malah terus bertambah, berlarut-larut. Masalah yang lama belum selesai. Aku bosan. Aku muak. Aku harus bagaimana? Untuk apa aku hidup jika penuh dengan masalah seperti ini?
Bagian yang paling menggelitik untuk orang yang sedang bahagia adalah "Untuk apa aku hidup jika penuh dengan masalah seperti ini?", apakah jika kamu bertanya kepada setiap orang tentang pertanyaan tersebut, apakah mereka punya jawaban yang pasti? Mereka akan menjawab sekadarnya saja mengikuti apa yang sedang mereka rasakan. Mereka tidak berada dalam pijakan yang sama denganmu, sekali lagi mereka punya penerimaan sendiri-sendiri tentang apa yang mereka jalani.
Kamu, kamu adalah sebenar-benarnya yang paling mengetahui betapa berharganya hidupmu. Tidak perlu jawaban seperti "ada orang yang sangat menyayangimu di sana". Itu klasik sekali, ya yang paling menyayangi jelas orang yang kamu lihat saat kamu sedang bercermin. Bahwa dialah yang sudah menemanimu sejauh ini, sampai sekarang, menjalani masa sulit, sampai kamupun berspekulasi hidup ini tidak berguna, hidup ini tidak adil. Tapi dia tidak lelah sepertimu, dia tidak berspekulasi. Dia terus mencoba menemanimu, karena dia yakin kamu akan membawanya ke bagian kehidupanmu yang terbaik. Jangan menghilangkannya dengan memikirkan kalimat negatif hasil spekulasimu tentang kehidupan ini.
Bahagiakanlah dia (dirimu sendiri), sudah saatnya kamu bangkit, tidak perlu membandingkan hidupmu dengan orang lain. Dia tidak menyukai itu. Jangan sampai dia berkata "bodoh sekali kamu masih memikirkan kehidupan orang lain yang jelas kamu tidak tahu "behind the scene of their life".
Sekali lagi, jangan membandingkan hidupmu dengan orang lain. Pijakan kalian jelas berbeda. Biarkan dirimu pulih, berkembang dan bahagia dengan caramu, dengan olah rasamu, sesuai pijakanmu. Bukankah kehidupanmu baik-baik saja sebelum kamu menemukan pembanding? Sudah pasti benar. Sudahi. Mari kembali, mari fokus. "mindfulness".
Kamu tidak sendirian, selamat berproses kawan. --------------------
Hai Suasana, Hari ini kesempatan berbagi cerita dengan seseorang yang aku anggap "sosok luar biasa", sangat kuat, kuat sekali. Dia tidak lagi menangis, tapi dia sudah tertawa. Dia sedang berproses. Aku yakin dia akan cepat pulih. Kembali menemukan dirinya yang sesungguhnya. Terima kasih kawan sudah berbagi. Mari ciptakan suasana sepositif mungkin.
Selamat malam, hari sabtu tanggal sebelas bulan januari tahun 2020. 11.55 PM
Selamat tidur suasana.
Jawabannya bisa ya bisa tidak, kenapa?
Setiap orang punya penerimaan yang berbeda-beda atas masalah yang mereka hadapi. Pasti ada saja orang yang hanya karena kehilang uang 5000, tetapi bisa terfikirkan sepanjang hari. Karena ternyata ada toko lain yang menjual barang yang dibelinya lebih murah 5000. Baginya mungkin menjengkelkan, bagimu biasa saja malah sepele.
Ada orang yang menghadapi masalah asmara, rumah tangga yang begitu kompleks, tetapi tetap bisa menghadapi dengan olah rasa yang benar, sehingga tidak perlu mengganggu hari-harinya, dan bukanlah menjadi masalah besar. Kok bisa?
Entah sebenarnya apa yang menjadikan hati seseorang bisa sekuat baja menghadapi sebuah masalah yang menurut orang lain berat tetapi menurut orang yang mengalami malah, ah biasa. Oh karena terlalu biasa, sering terjadi.
Sebuah keseringan bermasalah, masalah yang sama ditambah masalah baru, masalah lain. Menjadikan diri semakin kuat, seharusnya sih begitu. Semakin tidak mempermasalahkan. Masalah yang tidak menjadi masalah lagi. Tidak perlu mempermasalahkan masalah itu lagi. Untuk apa? Toh sudah biasa. Mungkin begitu kawan.
Kembali lagi, kalau kamu berfikir masalahmu paling berat. Mungkin bukan itu kalimat yang pantas, tetapi aku cukup kuat menghadapai ini, itulah sebabnya Tuhan memberikan ini. Seklasik inikah?
Pertanyaan lain muncul, Tuhan tidak sayang denganku? aku tidak diberikan solusi, tapi masalah malah terus bertambah, berlarut-larut. Masalah yang lama belum selesai. Aku bosan. Aku muak. Aku harus bagaimana? Untuk apa aku hidup jika penuh dengan masalah seperti ini?
Bagian yang paling menggelitik untuk orang yang sedang bahagia adalah "Untuk apa aku hidup jika penuh dengan masalah seperti ini?", apakah jika kamu bertanya kepada setiap orang tentang pertanyaan tersebut, apakah mereka punya jawaban yang pasti? Mereka akan menjawab sekadarnya saja mengikuti apa yang sedang mereka rasakan. Mereka tidak berada dalam pijakan yang sama denganmu, sekali lagi mereka punya penerimaan sendiri-sendiri tentang apa yang mereka jalani.
Kamu, kamu adalah sebenar-benarnya yang paling mengetahui betapa berharganya hidupmu. Tidak perlu jawaban seperti "ada orang yang sangat menyayangimu di sana". Itu klasik sekali, ya yang paling menyayangi jelas orang yang kamu lihat saat kamu sedang bercermin. Bahwa dialah yang sudah menemanimu sejauh ini, sampai sekarang, menjalani masa sulit, sampai kamupun berspekulasi hidup ini tidak berguna, hidup ini tidak adil. Tapi dia tidak lelah sepertimu, dia tidak berspekulasi. Dia terus mencoba menemanimu, karena dia yakin kamu akan membawanya ke bagian kehidupanmu yang terbaik. Jangan menghilangkannya dengan memikirkan kalimat negatif hasil spekulasimu tentang kehidupan ini.
Bahagiakanlah dia (dirimu sendiri), sudah saatnya kamu bangkit, tidak perlu membandingkan hidupmu dengan orang lain. Dia tidak menyukai itu. Jangan sampai dia berkata "bodoh sekali kamu masih memikirkan kehidupan orang lain yang jelas kamu tidak tahu "behind the scene of their life".
Sekali lagi, jangan membandingkan hidupmu dengan orang lain. Pijakan kalian jelas berbeda. Biarkan dirimu pulih, berkembang dan bahagia dengan caramu, dengan olah rasamu, sesuai pijakanmu. Bukankah kehidupanmu baik-baik saja sebelum kamu menemukan pembanding? Sudah pasti benar. Sudahi. Mari kembali, mari fokus. "mindfulness".
Kamu tidak sendirian, selamat berproses kawan. --------------------
Hai Suasana, Hari ini kesempatan berbagi cerita dengan seseorang yang aku anggap "sosok luar biasa", sangat kuat, kuat sekali. Dia tidak lagi menangis, tapi dia sudah tertawa. Dia sedang berproses. Aku yakin dia akan cepat pulih. Kembali menemukan dirinya yang sesungguhnya. Terima kasih kawan sudah berbagi. Mari ciptakan suasana sepositif mungkin.
Selamat malam, hari sabtu tanggal sebelas bulan januari tahun 2020. 11.55 PM
Selamat tidur suasana.
Komentar
Posting Komentar